METODE, TEORI, TEKNIK PENELITIAN KEBUDAYAAN IDEOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN APLIKASI  

  Ketika seseorang akan melakukan penelitian kebudayaan , maka sadar atau tidak sadar akan di hadapkan kepada tiga istilah yaitu, penelitian kajian, dan studi budaya. Sepintas tiga istilah ini memang mirip. Bahkan ketiganya sering di gunakan bersaman-sama sehingga menimbulkan kerancuan. Memang ketiganya memiliki ideology yang kurang lebih sama. Dalam buku penulis menjelaskan tentang penelitian menurtnya, penelitian adalah menjelaskan fenomena budaya yang menggunakan kelengkapan dan langkah-langkah strategis.
Kelengkapan perangkat dan langkah-langkah itu akan di lalui seperti penyusna proposal, menentukan masalah, menentukan fokus, menyiapkan metode, pengumpulan data, analisis, serta kesimpulan. Namun perangkat ini tidaklah terlalu utama sehingga ada yang dapat di hilangkan, dan ini tidak mengurangi makna budaya , artinya langkah penelitian kebudayaan memang suatu hal yang fleksibel dan bukan harga mati. Fenomena budaya adalah mendeskripsikan fenomena tertentu.
Dalam buku ini di jelaskan, penelitian budaya tidak jauh bedanya dengan kajian budaya. Artinya penelitian dan kajian sebenarnya memiliki esensi yang sama. Keduanya memerluka langkah-langkah yang dalam implementasinya. Hakikat dari kajian adalah meneliti sebuah fenomena secara analitis. Jadi sesnungguhnya penelitian dan kajian adalah dua istilah yang tidak harus di pertentangkan dalam khasana deskripsi budaya. Yang penting bagi peneliti, pengkaji,dan penganalisis budaya tidak perlu ragu lagi memasuki wilayah permaknaan budaya, ketiga hal ini sebenarnya tidak mengupayakan tercapainya makna budaya yang signifikan.
Penelitian budaya memiliki filosofi yang cukup detil. Namu juga tidak berarti penelitian budaya serba sulit. Penelitian budaya tidak harus di lakukan oleh antropolog, arkeolog, budayawan dan sebagainya. Penelitian budaya bisa di lakukan oleh siapa saja. Yang penting dalam penelitian budaya penguasaan atas metode dan metodologi. Kedua hal ini adalah pegangan penting yang tidak bisa di tawar lagi sebelum melanjutkan untuk meneliti budaya. Keduanya memiliki makna yang berbeda. Motodologi penelitian budaya adalah penelitian filosofi yang membahas konsep teoritik berbagai metoda, kelebihan dan kelemahannya. Sedangkan metode penelitian budaya mengemukakan secara teknis tentang strategi yang di giunakan dalam penelitian budaya. Metodologi penelitian budaya akan menasari gerak metode. Metodologi adalah ilmu tentang sejumlah metode penelitian budaya.
Metodologi adalah ilmu tentang metode tentang penelitian, yang meletakkan dasar-dasar kajian. Metodologi jauh lebih luas di bandingkan metode. Karena di dalamnya di jelaskan bagaimana metode tertentu harus di tetapkan, menentukan kelemahan dan kelebihan masing-masing metode. Metode penelitian budaya, lebih banyak berbicara mengenai langkah-langkah penelitian secara oprasional. Metode berbeda dengan metodologi yang biasanya membicarakan aspek-aspek filosofis penelitian budaya. Di dalamnya menimbang kekurangan dan kelebihan salah satu metode.
Ketika akan melakukan penelitian kebudayaaan maka kita akan di hadapkan oleh masalah perspektif dan paradigma penelitian. Dimana kedua ini sering memberikan warna terhadap bagian penelitian budaya. Persepektif merupakan poin of view yang barangkali lebih mendekati realitas. Jika di pikirkan tidak satu perspektif pun dapat menangkap keseluruhan realitas yang di amati. Jadi, sat perspektif bersifat terbatas dan mengandung bias, karena hanya memungkinkan peneliti budaya mengkaji satu sisi saja dari “realitas” di luar sana. Paradigma ,menjelaskan dan meramalkan suatu fenomena budaya. Akhirnya dapat di simpulkan bahwa paradigma adalah kumpulan longgar tentang asumsi yang secara logis di anut bersama, konsep, atau proposisi yang mengarahkan secara berfikir dan dan cara penelitian. Orientasi atau perspektif teoritis adalah cara memandang dunia, asumsi yang di anut orang tentang sesuatu yang penting dan apa yang membuat dunia bekarja.
Setalah paham tentang perspektif dan paradigma, biasanya peneliti budaya masih sering di hadapkan pada aspek pendekatan dan model. Dari berbagai pendekatan yang di tawarkan bagi peneliti budaya itu, menunjukan bahwa pendekatan memang cukup luas. Ada sekian banyak ragam penelitian budaya, yang masing-masing tentu memiliki kelemahan dan kelebihan. Acuan munculnya ragam pendekatan pun bermacam-macam. Apabila penelitian di tafsirkan berdasarkan kaidah tertentu biasanya di pandng obyektif. Berbeda jika penafsiran di lakukan oleh seorang peneliti, akan memunculkan subyektivitas. Penyebutan istilah etik dan emik juga memilki impilkasi pada aspek pemaknaan fenomena budaya.
Ideologi merupakan gagasan yang merujuk pada perwujudan pemikiran tentang bagaiman penelitian budaya harus di lakukan. Penelitian budaya adalah sentral aktivitas penliti yang akan menentukan langkah-langkah mana saja yang harus di tempuh terlebih dahulu. Pilihan tersebut sebenarnya berangkat juga dari tataran ideology. Yakni seluruh hal berada dalam pemikiran atau gagasan.
Realita berupa fakta dan fenomena. Fakta adalah kejadian yang muncul dalam kotak budaya di masyarakat. Fakta adalah realita yang benar-benar terjadi atau ada. Pemahaman realitas budaya seharusnya berpegang teguh pada aspek rasionalistis. Rasionalistis akan membangun sebuah wilayah tersendiri. Di samping itu pula ada yang di kenal juga dengan dunia fantasi (yang tidak masuk akal) dan dunia empirik. Masing-masing paham ini dalam penelitian budaya memiliki wilayah yang kadang-kadang bersebrangan. Fakta dapat dapat di amati dan mendukung hadirnya realita. Sedangkan realita dapta benar-benar terjadi, akan, dan sedang terjadi. Realita bersifat ilmiah sehingga wujudnya bersifat apa adanya. Sehingga realita dan rakta akan memunculkan sebuah fenomena. Jadi, tugas penelitian budaya adalah mengolah fenomrna menjadi sebuah data yang akurat.
Epistemologi adalah ilmu yang menjadi dasar filosofi penelitian budaya. Penelitian buday memerlukan ke ilmuan yang luas dan mendalam. Ilmu yang terkait dengan perangkat penelitian, patut di pahami agar peneliti tidak terjebak pada masalah-masalahyamng sebenarnya tidak perlu. Epistemology terkait juga dengan penggunaan idiomatik (istilah) penelitian budaya yang kompleks. Idiomatic adalah hal ihwal tentang idiom. Istilah idiom biasanya memanfaatkan diksi (pilihan) kata dalam berbagai aspek penelitian.
Masalah yang tidak kalah penting yang sering hadir dalam penelitian budaya adalah obyektivitas dan subyektivitas. Pembahasan ini kadang-kadang menjadi pembicaraan yang tidak kunjung habisnya di kalangan penelitian budaya. Hal ini karena adanya pendapat bahwa penelitian budaya yang cendrung memanfaatkan penelitian kualitatif , di anggap kurang objektif. Berbeda dengan paradigma penelitian kuantitatif yang serba ilmiah dan terkontrol. Dan hal ini pun tidak di tolak oleh para peneliti budaya.
Objektivitas-ilmiah dan subjektivitas-tidak ilmiah sebenarnya memang telah lama ada pada penelitian budaya, terutama hadirnya peneliti budaya tafsir. Hadirnya penelitian budaya ini telah memunculkan beberapa keberatan, jika di kaitkan dengan ikhwal objektivitas dan subyektivitas. Hal ini barangkali memang gejala baru, terutama karya etnografi sebagai karya sastra, akan menghadirkan dilematis bagi peneliti budaya itu sendiri. Yakni, penelitian budaya itu sebuah ilmu atau seni. Kemudian jika etnografi di pandang sebagai sastra, maka sampai di mana kita akan memperlakukannya sebagai su ber data untuk membangun teori “objektif” tentunya.
Di satu sisi pemahaman seseorang dan budaya, juga sangat menarik, seperti halnya harus memahami perbedaan antara subjektif dan objektif. Di mana persoalan ini akan terkait pula dengan soal ilmiah dan tidak ilmiahnya dan juga humanistik atau science,akademik atau puistis, ilmiah atau bernada sastra. Dalam kajian budaya(antropologi), istilah objektif dan subjektif sering juga di analogikan dengan pendekatan etik, (dari luar) dan pendekatan emik (dari dalam). Seperti di kemukakan Allport, studi emik bertujuan untuk meneliti makna cultural dari “dalam” ; analisisnyA cendrung bersifat idiografik ( bertujuan merumuskan proposisi-proposisi yang sesuai dengan kasus yang di teliti).
Sebaliknya pendekatan etik bersifat nomotetik (bertujuan menggeneralisasikan kasus kepada populasi). Jadi pendekatan emik cendrung memanfaatkan persepektif kualitatif, paradigma naturlistik, dan model etnografik, serta memanfaatkan kajian idiografik. Hal ini bisa saja penelitian budaya di lakukan denga perspektif kualitatif namun datanya di ambil secara objektif. Data yang di peroleh ketika peneliti turun ke lapangan sebenarnya juga suda mempunyai bayangan atau asumsi-asumsi tentang permasalahan yang akan di angkatkan. Tinggal saja bagaimana sumber atau data itu di dapatkan apakah bersifat objektif dengan ketentuan-ketentuan yang tertentu atau bersifat subjektif berdasarkan kategorinya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Berantai Antara ; Pecinta, Pejuang Dan Penjual Telur Oleh Sastra

CONTOH PUISI TENTAN KEBUDAYAAN

Aturan Penomoran Surat